0
Penyesuaian Tingkat Bunga dan Dampaknya Terhadap Inflasi
Pendahuluan
Latar Belakang masalah
Berkembangnya proses globalisasi, dimana seperti tidak adanya batas antar negara di dunia serta nampaknya setiap negara menjadi terintegrasi, maka kegiatan atau aktivitas ekonomi pun sekarang juga telah menjadi satu kesatuan yang global (globally unified). Perubahan yang terjadi pada ekonomi suatu negara, secara cepat mempengaruhi ekonomi negara lain terutama negara-negara yang menjadi partner ekonomi atau mempunyai hubungan ekonomi yang sangat erat.
Perubahan-perubahan dalam aktivitas ekonomi ini biasanya tercermin dalam perubahan atau fluktuasi nilai mata uang. Dan tentu saja, konsekuensinya bagi perusahaan-perusahaan multinasional atau perusahaan-perusahaan eksportir atau importir akan menghadapi kecemasan-kecemasan dalam hal devaluasi atau revaluasi. Belum lagi mengantisipasi aktivitas para spekulan mata uang yang kadang cukup signifikan mempengaruhi nilai mata uang. Dalam berbagai hal devaluasi bisa dikaitkan dengan depresiasi dan revaluasi dengan apresiasi.
Berdasarkan sudut pandang teori makroekonomi, ada empat faktor yang bisa mempengaruhi nilai tukar, yaitu tingkat suku bunga, tingkat inflasi, peredaran uang dan neraca pembayaran. Ketiga faktor yang pertama merupakan faktor-faktor yang sangat penting dalam mempengaruhi atau menentukan nilai tukar. Sedangkan neraca pembayaran merupakan faktor yang cukup kompleks, karena dalam pendekatannya mempertimbangkan lebih banyak faktor ekonomi dibanding ketiga lainnya yang diatas.
Berkembangnya proses globalisasi, dimana seperti tidak adanya batas antar negara di dunia serta nampaknya setiap negara menjadi terintegrasi, maka kegiatan atau aktivitas ekonomi pun sekarang juga telah menjadi satu kesatuan yang global (globally unified). Perubahan yang terjadi pada ekonomi suatu negara, secara cepat mempengaruhi ekonomi negara lain terutama negara-negara yang menjadi partner ekonomi atau mempunyai hubungan ekonomi yang sangat erat.
Perubahan-perubahan dalam aktivitas ekonomi ini biasanya tercermin dalam perubahan atau fluktuasi nilai mata uang. Dan tentu saja, konsekuensinya bagi perusahaan-perusahaan multinasional atau perusahaan-perusahaan eksportir atau importir akan menghadapi kecemasan-kecemasan dalam hal devaluasi atau revaluasi. Belum lagi mengantisipasi aktivitas para spekulan mata uang yang kadang cukup signifikan mempengaruhi nilai mata uang. Dalam berbagai hal devaluasi bisa dikaitkan dengan depresiasi dan revaluasi dengan apresiasi.
Berdasarkan sudut pandang teori makroekonomi, ada empat faktor yang bisa mempengaruhi nilai tukar, yaitu tingkat suku bunga, tingkat inflasi, peredaran uang dan neraca pembayaran. Ketiga faktor yang pertama merupakan faktor-faktor yang sangat penting dalam mempengaruhi atau menentukan nilai tukar. Sedangkan neraca pembayaran merupakan faktor yang cukup kompleks, karena dalam pendekatannya mempertimbangkan lebih banyak faktor ekonomi dibanding ketiga lainnya yang diatas.
Masalah penelitian
a. Perumusan masalah
Masalah diatas dapat dirumuskan sebagai berikut :
a. Bagaimana dampak perubahan tingkat inflasi, tingkat suku bunga dan money supply secara parsial yang menyebabkan perubahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika ?
b. Berapa perubahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika yang sebenarnya dengan didasarkan pada ketiga faktor secara bersama-sama ditambah dengan fkator- perubahan nilai tukar pada periode sebelumnya ?
c. Bagaimana hubungan sebab akibat (Kausalitas) antara perubahan nilai tukar pada periode sebelumnya ?
a. Perumusan masalah
Masalah diatas dapat dirumuskan sebagai berikut :
a. Bagaimana dampak perubahan tingkat inflasi, tingkat suku bunga dan money supply secara parsial yang menyebabkan perubahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika ?
b. Berapa perubahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika yang sebenarnya dengan didasarkan pada ketiga faktor secara bersama-sama ditambah dengan fkator- perubahan nilai tukar pada periode sebelumnya ?
c. Bagaimana hubungan sebab akibat (Kausalitas) antara perubahan nilai tukar pada periode sebelumnya ?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah :
1. Untuk melihat signifikansi perubahan tingkat suku bunga, perubahan tingkat inflasi dan perubahan money supply secara parsial terhadap perubahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika yang sebenarnya.
2. Untuk menentukan nilai tukar yang seharusnya dari Rupiah terhadap Dollar Amerika dengan menggunakan faktor perubahan tingkat suku bunga, perubahan tingkat inflasi, dan perubahan money supply secara bersama-sama ditambah dengan faktor perubahan nilai tukar pada periode sebelumnya.
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah :
1. Untuk melihat signifikansi perubahan tingkat suku bunga, perubahan tingkat inflasi dan perubahan money supply secara parsial terhadap perubahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika yang sebenarnya.
2. Untuk menentukan nilai tukar yang seharusnya dari Rupiah terhadap Dollar Amerika dengan menggunakan faktor perubahan tingkat suku bunga, perubahan tingkat inflasi, dan perubahan money supply secara bersama-sama ditambah dengan faktor perubahan nilai tukar pada periode sebelumnya.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian bagi umum adalah untuk sebagai pertimbangan bagi semua pihak terutama pelaku-pelaku ekonomi yang dalam keseharian aktivitas ekonomi dan bisnisnya terpengaruh atau berhubungan dengan nilai tukar Rupiah dangan Dollar Amerika.
Manfaat penelitian bagi umum adalah untuk sebagai pertimbangan bagi semua pihak terutama pelaku-pelaku ekonomi yang dalam keseharian aktivitas ekonomi dan bisnisnya terpengaruh atau berhubungan dengan nilai tukar Rupiah dangan Dollar Amerika.
Keterbatasan Penelitian
Untuk mempermudah dan agar penelitian ini lebih terarah dan mudah untuk dipahami sesuai dengan tujuan pembahasan, maka ruang lingkup penelitiannya mencakup :
1. Penelitian dilakukan hanya pada indikator ekonomi tingkat inflasi, tingkat suku bunga dan money supply yang dimana mudah dalam data dan pemahaman.
2. Data yang diambil adalah data tingkat inflasi, tingkat suku bunga, dan money supply di Indonesia dan Amerika Serikat, serta nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika selama kurun waktu dari tahun 1997 sampai dengan pertengahan 2001.
Untuk mempermudah dan agar penelitian ini lebih terarah dan mudah untuk dipahami sesuai dengan tujuan pembahasan, maka ruang lingkup penelitiannya mencakup :
1. Penelitian dilakukan hanya pada indikator ekonomi tingkat inflasi, tingkat suku bunga dan money supply yang dimana mudah dalam data dan pemahaman.
2. Data yang diambil adalah data tingkat inflasi, tingkat suku bunga, dan money supply di Indonesia dan Amerika Serikat, serta nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika selama kurun waktu dari tahun 1997 sampai dengan pertengahan 2001.
Kerangka Teoritis
1. Sistem Moneter Internasional
Sistem Moneter Internasional, menurut Shapiro (1999) dasarnya mengacu kepada sekumpulan kebijakan. Institusi, dan mekanisme yang menentukan nilai dimana sebuah mata uang ditukar dengan mata uang lain. Sedangkan menurut Chacholiades (1990), mengacu kepada kerangka kerja dari aturan, regulasi, dan konvensi yang mengatur hubungan finansial antar negara. Namun selanjutnya Chacholiades mengatakan bahwa sistem moneter internasional dapat diasumsi menjadi banyak bentuk yang berbeda. Semua sistem moneter internasional, bagaimanapun bentuknya, mempunyai banyak persamaan dan hanya berbeda sedikit.
Untuk menghindari kebijakan ekonomi yang destruktif di masa depan, sekelompok negara setuju dengan sistem moneter yang baru pada saat konferensi yang diadakan di Bretton Eoods, New Hampshire pada tahun 1944. Konferensi tersebut juga melahirkan dua institusi baru yaitu IMF (International Monetary Fund) dan IBRD (International Bank for Reconstruction and Development)/ World Bank. Dan pada Desember 1971, dengan persetujuan Smithsonia dollar didevaluasi menjadi 1/38 ounce emas serta mata uang lain dinilai ulang. Semenjak itu dunia mulai beralih ke sistem nilai tukar mengambang.
Ketika terjadi krisis moneter 1998 di Asia, khususnya Indonesia, muncul sistem moneter yang bernama CBS (Currency Board Systems). Sistem CBS ini akan membentuk suatu Currency Board yaitu suatu lembaga yang mengeluarkan uang kertas, uang logam, dan deposito yang sepenuhnya dapat ditukar dengan mata uang acuan pada nilai tukar tetap.
Tujuan utama CBS di Indonesia adalah menetapkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika. Hal ini dilakukan dengan peg mechanism (mematok/merancang) kurs rupiah terhadap US$ pada pasar tertentu. Implikasi penerapan CBS di Indonesia tidak hanya mengenai pemberlakuan nilai tukar fixed antara mata uang rupiah dengan mata uang dollar, tetapi juga berdampak pada perubahan kebijaksanaan sistem moneter yang selama ini diterapkan.
Sistem Moneter Internasional, menurut Shapiro (1999) dasarnya mengacu kepada sekumpulan kebijakan. Institusi, dan mekanisme yang menentukan nilai dimana sebuah mata uang ditukar dengan mata uang lain. Sedangkan menurut Chacholiades (1990), mengacu kepada kerangka kerja dari aturan, regulasi, dan konvensi yang mengatur hubungan finansial antar negara. Namun selanjutnya Chacholiades mengatakan bahwa sistem moneter internasional dapat diasumsi menjadi banyak bentuk yang berbeda. Semua sistem moneter internasional, bagaimanapun bentuknya, mempunyai banyak persamaan dan hanya berbeda sedikit.
Untuk menghindari kebijakan ekonomi yang destruktif di masa depan, sekelompok negara setuju dengan sistem moneter yang baru pada saat konferensi yang diadakan di Bretton Eoods, New Hampshire pada tahun 1944. Konferensi tersebut juga melahirkan dua institusi baru yaitu IMF (International Monetary Fund) dan IBRD (International Bank for Reconstruction and Development)/ World Bank. Dan pada Desember 1971, dengan persetujuan Smithsonia dollar didevaluasi menjadi 1/38 ounce emas serta mata uang lain dinilai ulang. Semenjak itu dunia mulai beralih ke sistem nilai tukar mengambang.
Ketika terjadi krisis moneter 1998 di Asia, khususnya Indonesia, muncul sistem moneter yang bernama CBS (Currency Board Systems). Sistem CBS ini akan membentuk suatu Currency Board yaitu suatu lembaga yang mengeluarkan uang kertas, uang logam, dan deposito yang sepenuhnya dapat ditukar dengan mata uang acuan pada nilai tukar tetap.
Tujuan utama CBS di Indonesia adalah menetapkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika. Hal ini dilakukan dengan peg mechanism (mematok/merancang) kurs rupiah terhadap US$ pada pasar tertentu. Implikasi penerapan CBS di Indonesia tidak hanya mengenai pemberlakuan nilai tukar fixed antara mata uang rupiah dengan mata uang dollar, tetapi juga berdampak pada perubahan kebijaksanaan sistem moneter yang selama ini diterapkan.
2. Macam-Macam Sistem Nilai Tukar
Dikenal beberapa macam sistem nilai tukar, yaitu :
a. Sistem Nilai Tukar Tetap (fixed exchange rate)
Salah satu kondisi utama yang diperlukan agar arus perdagangan dan investasi internasional atau antarnegara dapat berjalan lancar adalah sistem nilai tukar atau foreign exchange rate yang tetap atau stabil. Sehingga akan memberikan kepastian kepada kegiatan perdagangan dan investasi atau dunia bisnis internasional pada umumnya (Hady ;1999).
b. Sistem Nilai Tukar Mengambang (floating exchange rate)
Dalam Sistem nilai tukar mengambang ini nilai tukar mata uang ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran pada pasar valuta asing (valas). Apabila penentuan nilai tukar valas di pasar valas tersebut terjadi tanpa campur tangan pemerintah maka disebut sebagai sistem clean float atau freely floating system atau sistem nilai tukar mengambang murni. Sebaliknya, apabila pemerintah turut campur tangan mempengaruhi permintaan dan penawaran terhadap valas di pasar valas maka disebut sebagai dirty float atau managed floating system atau sistem nilai tukar mengambang terkendali.
c. Sistem Nilai Tukar Terkait (Pegged Exchange Rate System)
Sistem nilai tukar ini dilakukan dengan mengaitkan nilai mata uang suatu negara dengan nilai mata uang negara lain atau sejumlah mata uang tertentui. Sistem ini antara lain dilakukan oleh beberapa negara Afrika yang mengaitkan nilai mata uangnya dengan mata uang Prancis (r’RF) dan beberapa negara lain.
d. Target-Zone Arrangement
Banyak para ekonom dan pembuat kebijakan mengatakan bahwa negara-negara industri bisa mengurangi pergerakan dari nilai tukar dan menciptakan stabilitas ekonomi jika Amerika Serikat, Jerman Jepang menghubungkan mata uang mereka dalam sistem zona target. Pada Target-Zone Arrangement, negara-negara menyesuaikan kebijakan nasional ekonominya untuk menjaga nilai tukar mereka pada suatu margin yang telah disepakati, nilai tukar tetap central (Shapiro ;1999).
Dikenal beberapa macam sistem nilai tukar, yaitu :
a. Sistem Nilai Tukar Tetap (fixed exchange rate)
Salah satu kondisi utama yang diperlukan agar arus perdagangan dan investasi internasional atau antarnegara dapat berjalan lancar adalah sistem nilai tukar atau foreign exchange rate yang tetap atau stabil. Sehingga akan memberikan kepastian kepada kegiatan perdagangan dan investasi atau dunia bisnis internasional pada umumnya (Hady ;1999).
b. Sistem Nilai Tukar Mengambang (floating exchange rate)
Dalam Sistem nilai tukar mengambang ini nilai tukar mata uang ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran pada pasar valuta asing (valas). Apabila penentuan nilai tukar valas di pasar valas tersebut terjadi tanpa campur tangan pemerintah maka disebut sebagai sistem clean float atau freely floating system atau sistem nilai tukar mengambang murni. Sebaliknya, apabila pemerintah turut campur tangan mempengaruhi permintaan dan penawaran terhadap valas di pasar valas maka disebut sebagai dirty float atau managed floating system atau sistem nilai tukar mengambang terkendali.
c. Sistem Nilai Tukar Terkait (Pegged Exchange Rate System)
Sistem nilai tukar ini dilakukan dengan mengaitkan nilai mata uang suatu negara dengan nilai mata uang negara lain atau sejumlah mata uang tertentui. Sistem ini antara lain dilakukan oleh beberapa negara Afrika yang mengaitkan nilai mata uangnya dengan mata uang Prancis (r’RF) dan beberapa negara lain.
d. Target-Zone Arrangement
Banyak para ekonom dan pembuat kebijakan mengatakan bahwa negara-negara industri bisa mengurangi pergerakan dari nilai tukar dan menciptakan stabilitas ekonomi jika Amerika Serikat, Jerman Jepang menghubungkan mata uang mereka dalam sistem zona target. Pada Target-Zone Arrangement, negara-negara menyesuaikan kebijakan nasional ekonominya untuk menjaga nilai tukar mereka pada suatu margin yang telah disepakati, nilai tukar tetap central (Shapiro ;1999).
3. Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar
Secara umum yang mempengaruhi nilai tukar, adalah faktor-faktor atau kondisi seperti faktor fundamental, faktor teknis, faktor psikologis dan faktor spekulasi. Sedangkan “secara tidak langsung” penawaran (Supply) dan permintaan (demand) dari suatu mata uang dipengaruhi oleh :
Neraca Pembayaran atau Balance of Payment
Tingkat inflasi
Tingkat suku bunga
Tingkat pendapatan
Peraturan dan kebijakan pemerintah
Spekulasi, ekspetasi, isu dan rumor
Neraca Pembayaran atau Balance of Payment
Tingkat inflasi
Tingkat suku bunga
Tingkat pendapatan
Peraturan dan kebijakan pemerintah
Spekulasi, ekspetasi, isu dan rumor
4. Hubungan Nilai Tukar Dengan Inflasi dan Tingkat Suku Bunga
a. Purchasing Power Parity Theory
Pengaruh tingkat inflasi terhadap kurs mata uang asing dapat dijelaskan dengan Purchasing Power Parity Theory (PPP) atau teori kesamaan daya beli, yang diperkenalkan oleh Gustav Cassel pada tahun 1918. Ada berbagai versi dari teori PPP. Yang pertama adalah versi absolut, yang juga disebut law of one price (LOP), yang dimana menyatakan bahwa harga suatu barang atau produk yang sama di dua negara yang berbeda akan sama pula dinilai dalam mata uang yang sama. Jika ada perbedaan harga dalam mata uang yang sama, maka akan ada perubahan permintaan sehingga harga barang juga berubah. Konsekuensinya perubahan harga yang terjadi akan berakibat pada penyesuaian nilai tukar.
b. Interest Rate Parity Theory
Interest Rate Parity Theory (IRP) atau teori IRP adalah salah satu teori yang paling dikenal dalam keuangan internasional yang menerangkan bagaimana hubungan bursa mata uang asing dengan pasar uang internasional. Teori ini menyatakan bahwa perbedaan tingkat bunga pada pasar uang internasional akan cenderung sama dengan forward rate premium atau discount.
Dalam kenyataannya, korelasi antara tingkat bunga, inflasi dan nilai tukar tidaklah signifikan, karena dipengaruhi secara simultan oleh kejadian baru dan informasi yang sama (Kulkarni ; 1999). Karena setiap kali ada perubahan yang terjadi akan selalu diikuti oleh penyesuaian-penyesuaian yang akan dilakukan.
a. Purchasing Power Parity Theory
Pengaruh tingkat inflasi terhadap kurs mata uang asing dapat dijelaskan dengan Purchasing Power Parity Theory (PPP) atau teori kesamaan daya beli, yang diperkenalkan oleh Gustav Cassel pada tahun 1918. Ada berbagai versi dari teori PPP. Yang pertama adalah versi absolut, yang juga disebut law of one price (LOP), yang dimana menyatakan bahwa harga suatu barang atau produk yang sama di dua negara yang berbeda akan sama pula dinilai dalam mata uang yang sama. Jika ada perbedaan harga dalam mata uang yang sama, maka akan ada perubahan permintaan sehingga harga barang juga berubah. Konsekuensinya perubahan harga yang terjadi akan berakibat pada penyesuaian nilai tukar.
b. Interest Rate Parity Theory
Interest Rate Parity Theory (IRP) atau teori IRP adalah salah satu teori yang paling dikenal dalam keuangan internasional yang menerangkan bagaimana hubungan bursa mata uang asing dengan pasar uang internasional. Teori ini menyatakan bahwa perbedaan tingkat bunga pada pasar uang internasional akan cenderung sama dengan forward rate premium atau discount.
Dalam kenyataannya, korelasi antara tingkat bunga, inflasi dan nilai tukar tidaklah signifikan, karena dipengaruhi secara simultan oleh kejadian baru dan informasi yang sama (Kulkarni ; 1999). Karena setiap kali ada perubahan yang terjadi akan selalu diikuti oleh penyesuaian-penyesuaian yang akan dilakukan.
A. Kerangka Pemikiran
Dari beberapa faktor atau indikator ekonomi yang sering digunakan adalah tingkat inflasi, tingkat suku bunga dan money supply. Dari sekian banyak teori, tingkat inflasi mempunyai atau bisa mempengaruhi nilai tukar mata uang pada pasar uang. Begitu pula dengan tingkat suku bunga dan money supply yang juga bisa mempengaruhi nilai tukar mata uang. Namun dengan keterbasan dan kekurangan ketiga faktor secara terpisah atau parsial, maka untuk dapat menentukan nilai tukar mata uang yang lebih baik, maka akan dilakukan dengan melakukan penggunaan faktor tingkat inflasi, tingkat suku bunga dan money supply secara bersamaan ditambah dengan perubahan nilai tukar pada periode sebelumnya
Dari beberapa faktor atau indikator ekonomi yang sering digunakan adalah tingkat inflasi, tingkat suku bunga dan money supply. Dari sekian banyak teori, tingkat inflasi mempunyai atau bisa mempengaruhi nilai tukar mata uang pada pasar uang. Begitu pula dengan tingkat suku bunga dan money supply yang juga bisa mempengaruhi nilai tukar mata uang. Namun dengan keterbasan dan kekurangan ketiga faktor secara terpisah atau parsial, maka untuk dapat menentukan nilai tukar mata uang yang lebih baik, maka akan dilakukan dengan melakukan penggunaan faktor tingkat inflasi, tingkat suku bunga dan money supply secara bersamaan ditambah dengan perubahan nilai tukar pada periode sebelumnya
Gambar. 1.1. Skema Kerangka Pemikiran
B. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan permasalahan dan kerangka pemikiran yang ada, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
1. Tidak signifikan dalam menentukan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dengan menggunakan pendekatan tingkat suku bunga, pendekatan tingkat inflasi dan money supply secara terpisah.
2. Terdapat pengaruh yang cukup signifikan secara bersama-sama dari tingkat suku bunga, tingkat inflasi dan money supply di Indonesia dan Amerika Serikat terhadap nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika yang ditambah dengan faktor perubahan nilai tukar untuk periode sebelumnya.
3. Adanya hubungan kausalitas antara nilai tukar dengan tingkat suku bunga, tingkat inflasi dan money supply di Indonesia dan Amerika Serikat terhadap nilai tukar Rupiah terhadap Dollare Amerika yang ditambah dengan faktor perubahan nilai tukar untuk periode sebelumnya. Walaupun dalam kenyataannya nilai tukar lebih tergantung pada pasar dan ketiga faktor ekonomi lainnya lebih tergantung pada kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah atau badan yang berwenang.
1. Tidak signifikan dalam menentukan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dengan menggunakan pendekatan tingkat suku bunga, pendekatan tingkat inflasi dan money supply secara terpisah.
2. Terdapat pengaruh yang cukup signifikan secara bersama-sama dari tingkat suku bunga, tingkat inflasi dan money supply di Indonesia dan Amerika Serikat terhadap nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika yang ditambah dengan faktor perubahan nilai tukar untuk periode sebelumnya.
3. Adanya hubungan kausalitas antara nilai tukar dengan tingkat suku bunga, tingkat inflasi dan money supply di Indonesia dan Amerika Serikat terhadap nilai tukar Rupiah terhadap Dollare Amerika yang ditambah dengan faktor perubahan nilai tukar untuk periode sebelumnya. Walaupun dalam kenyataannya nilai tukar lebih tergantung pada pasar dan ketiga faktor ekonomi lainnya lebih tergantung pada kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah atau badan yang berwenang.
Metodologi Penelitian
A. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian berisi pernyataan tentang bagaimana data akan dikumpulkan, diolah, dan dianalisis dengan suatu pembuktian dan pengujian untuk mencapai suatu tujuan. Dalam penelitian ini akan digunakan penelitian regresional, yaitu untuk melihat pengaruh tingkat suku bunga, tingkat inflasi, dan jumlah uang beredar (money supply) serta pengaruh perubahan dari periode sebelumnya terhadap nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika.
Tujuan dari penelitian regresional ini adalah untuk melihat pengaruh antara sebuah atau beberapa variabel dengan variabel lainnya. Dan dari sini akan diperoleh sebuah persamaan regresi yang akan digunakan untuk menentukan nilai tukar dari Rupiah terhadap Dollar Amerika.
Tujuan dari penelitian regresional ini adalah untuk melihat pengaruh antara sebuah atau beberapa variabel dengan variabel lainnya. Dan dari sini akan diperoleh sebuah persamaan regresi yang akan digunakan untuk menentukan nilai tukar dari Rupiah terhadap Dollar Amerika.
B. Variabel dan Pengukurannya
Adapun variabel penelitian ini adalah :
1. Tingkat Inflasi
a. Tingkat inflasi Indonesia
b. Tingkat inflasi Amerika Serikat
2. Tingkat suku bunga
a. Tingkat suku bunga Indonesia
b. Tingkat suku bunga Amerika Serikat
3. Jumlah uang yang beredar (money supply)
a. Money supply di Indonesia
b. Money supply di Amerika Serikat
1. Tingkat Inflasi
a. Tingkat inflasi Indonesia
b. Tingkat inflasi Amerika Serikat
2. Tingkat suku bunga
a. Tingkat suku bunga Indonesia
b. Tingkat suku bunga Amerika Serikat
3. Jumlah uang yang beredar (money supply)
a. Money supply di Indonesia
b. Money supply di Amerika Serikat
Pengukuran adalah suatu prosedur pengamatan secara identik yang menghasilkan bilangan aspek atau obyek yang diamati atau diukur. Pengukuran yang digunakan adalah ukuran nominal, yang digunakan pada kedua jenis variabel, baik variabel bebas (independent) maupun pada variabel tak bebas (dependent).
Variabel Ukuran
Independent Tingkat Suku Bunga
Independent Tingkat Suku Bunga
Tingkat Inflasi
Money Supply
Perubahan nilai tukar untuk periode sebelumnya a. Tingkat Suku Bunga Indonesia
b. Tingkat Suku Bunga Amerika Serikat
a. Tingkat Inflasi Indonesia
b. Tingkat Inflasi Amerika
a. Money Supply di Indonesia
b. Money Supply di Amerika Serikat
b. Tingkat Suku Bunga Amerika Serikat
a. Tingkat Inflasi Indonesia
b. Tingkat Inflasi Amerika
a. Money Supply di Indonesia
b. Money Supply di Amerika Serikat
Nominal
Dependent Perubahan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika Serikat Nominal
Dependent Perubahan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika Serikat Nominal
C. Prosedur Penarikan Data
Data yang diambil adalah data-data tingkat suku bunga di Indonesia dan Amerika Serikat, tingkat inflasi di Indonesia dan Amerika Serikat, money supply di Indonesia dan Amerika Serikat serta nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. Data-data yang digunakan adalah data dari tahun 1997 sampai pertengahan tahun 2001 untuk keempat variabel tersebut.
Data yang diambil adalah data-data tingkat suku bunga di Indonesia dan Amerika Serikat, tingkat inflasi di Indonesia dan Amerika Serikat, money supply di Indonesia dan Amerika Serikat serta nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. Data-data yang digunakan adalah data dari tahun 1997 sampai pertengahan tahun 2001 untuk keempat variabel tersebut.
D. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian yang dilakukan bersifat kuantitaif yaitu untuk meneliti hubungan antara nilai tukar dengan tingkat inflasi, tingkat suku bunga dan money supply. Sehingga dengan itu akan dapat ditentukan nilai tukar berdasarkan tingkat inflasi, suku bunga dan money supply. Pengumpulan data untuk penelitian ini didapat dengan cara mendatangi lembaga-lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga lainnya yang dianggap dapat memberikan informasi atau data yang dibutuhkan. Dengan demikian teknik pengumpulan data dilakukan dengan data sekunder.
Penelitian yang dilakukan bersifat kuantitaif yaitu untuk meneliti hubungan antara nilai tukar dengan tingkat inflasi, tingkat suku bunga dan money supply. Sehingga dengan itu akan dapat ditentukan nilai tukar berdasarkan tingkat inflasi, suku bunga dan money supply. Pengumpulan data untuk penelitian ini didapat dengan cara mendatangi lembaga-lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga lainnya yang dianggap dapat memberikan informasi atau data yang dibutuhkan. Dengan demikian teknik pengumpulan data dilakukan dengan data sekunder.
E. Metode Analisis Data
Sesuai dengan tujuannya, dalam penelitian ini, maka metode analisa yang akan digunakan adalah regresi linear berganda, yang dimana akan diperoleh persamaan sebagai berikut:
Sesuai dengan tujuannya, dalam penelitian ini, maka metode analisa yang akan digunakan adalah regresi linear berganda, yang dimana akan diperoleh persamaan sebagai berikut:
%ER = a + b(%Eri-l ) + c(Mih – Mif ) + d(ih – if) + e(Eh – Ef)
Dimana : ih = tingkat suku bunga di Indonesia
if = tingkat suku bunga di Amerika Serikat
Eh = tingkat inflasi di Indonesia
Ef = tingkat inflasi di Amerika Serikat
M1h = money supply di Indonesia
M1f = money supply di Amerika Serikat
%ER = Perubahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar
%ERi-1 = Perubahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar periode sebelumnya
if = tingkat suku bunga di Amerika Serikat
Eh = tingkat inflasi di Indonesia
Ef = tingkat inflasi di Amerika Serikat
M1h = money supply di Indonesia
M1f = money supply di Amerika Serikat
%ER = Perubahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar
%ERi-1 = Perubahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar periode sebelumnya
Lalu dilakukan uji durbin watson untuk memeriksa ada atau tidak autokorelasi, sebab dalam asumsi regresi linear adalah tidak terdapatnya autokorelasi. Lalu uji t dilakukan untuk menguji apakah masing-masing variabel bebas bisa memberi signifikansi terhadap variabel terikat secara terpisah serta uji F yang dilakukan untuk menguji pengaruh secara bersama-sama semua variabel bebas terhadap variabel terikat. Dan yang terakhir adalah uji kausalitas (Granger’s Causality test) untuk melihat ada tidaknya hubungan kausalitas.
Analisa dan Pembahasan
A. Analisa Dengan Pendekatan PPP, IRP dan Money Supply
Seperti yang telah disebutkan, pendekatan secara teoritis adalah dengan membandingkan perubahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika secara terpisah berdasarkan faktor tingkat suku bunga yang terkait dengan teori IRP (Interest Rate Parity), faktor inflasi yang terkait dengan teori PPP (Purchasing Power Parity) dan faktor money supply
Dengan Pendekatan berdasarkan tingkat inflasi saja, sebelumnya dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini :
Dengan Pendekatan berdasarkan tingkat inflasi saja, sebelumnya dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini :
TAHUN Q TINGKAT INFLASI Eh-Ef NILAI TUKAR RUPIAH / 1 US$ Change(%)
USA INDONESIA
1997 Q1 1,07 1,96 0,89 2402,0 0,80
Q2 0,38 0,62 0,24 2431,9 1,24
Q3 0,38 2,92 2,54 3269,0 34,42
Q4 0,47 3,01 2,54 5402,5 65,26
1998 Q1 0,19 19,20 19,01 8550,0 58,26
Q2 0,56 18,30 17,74 14950,0 74,85
Q3 0,37 20,10 19,73 10850,0 -27,42
Q4 0,37 4,78 4,41 8000,0 -26,27
1999 Q1 0,37 4,76 4,39 8725,0 9,06
Q2 1,01 -0,67 -1,68 6705,0 -23,15
Q3 0,55 -2,22 -2,77 8300,0 23,79
Q4 0,64 -0,09 -0,73 7100,0 -14,46
2000 Q1 0,99 2,45 1,46 7580,0 6,76
Q2 1,08 1,04 -0,04 8760,0 15,57
Q3 0,80 2,24 1,44 8775,0 0,17
Q4 0,53 2,84 2,31 9675,0 10,26
2001 Q1 0,96 2,94 1,98 9752,0 0,80
Q2 1,04 0,03 -1,01 11390,0 16,80
USA INDONESIA
1997 Q1 1,07 1,96 0,89 2402,0 0,80
Q2 0,38 0,62 0,24 2431,9 1,24
Q3 0,38 2,92 2,54 3269,0 34,42
Q4 0,47 3,01 2,54 5402,5 65,26
1998 Q1 0,19 19,20 19,01 8550,0 58,26
Q2 0,56 18,30 17,74 14950,0 74,85
Q3 0,37 20,10 19,73 10850,0 -27,42
Q4 0,37 4,78 4,41 8000,0 -26,27
1999 Q1 0,37 4,76 4,39 8725,0 9,06
Q2 1,01 -0,67 -1,68 6705,0 -23,15
Q3 0,55 -2,22 -2,77 8300,0 23,79
Q4 0,64 -0,09 -0,73 7100,0 -14,46
2000 Q1 0,99 2,45 1,46 7580,0 6,76
Q2 1,08 1,04 -0,04 8760,0 15,57
Q3 0,80 2,24 1,44 8775,0 0,17
Q4 0,53 2,84 2,31 9675,0 10,26
2001 Q1 0,96 2,94 1,98 9752,0 0,80
Q2 1,04 0,03 -1,01 11390,0 16,80
Tabel 1. Perbandingan PPP dengan perubahan nilai tukar sebenarnya
Seperti dilihat pada tabel 1 diatas, maka perubahan nilai tukar tidak dapat didasarkan pada tingkat inflasi saja. Ambil contoh, seperti pada tahun 2000 untuk kuarter pertama dengan menggunakan teori PPP perubahan nilai tukar seharusnya adalah 1,46 % namun pada perubahan sesungguhnya yang terjadi adalah sekitar 6,76 %. Atau kalau kita tarik mundur pada tahun 1999 kuarter ketiga, dengan menggunakan teori PPP perubahan nilai tukar seharusnya adalah -2,77 %, namun pada perubahan sesungguhnya yang terjadi adalah sekitar 23,79%.
Lalu dengan pendekatan berdasarkan tingkat suku bunga saja, ada baiknya melihat terlebih dahulu pada tabel 2 berikut ini :
Lalu dengan pendekatan berdasarkan tingkat suku bunga saja, ada baiknya melihat terlebih dahulu pada tabel 2 berikut ini :
TAHUN Q TINGKAT SUKU BUNGA Ih-If NILAI TUKAR RUPIAH / 1 US$ Change(%)
USA INDONESIA
1997 Q1 5,00 11,07 6,07 2402,0 0,80
Q2 5,00 10,50 5,50 2431,9 1,24
Q3 5,00 22,00 17,00 3269,0 34,42
Q4 5,00 20,00 15,00 5402,5 65,26
1998 Q1 5,00 27,75 22,75 8550,0 58,26
Q2 5,00 58,00 53,00 14950,0 74,85
Q3 5,00 68,76 63,76 10850,0 -27,42
Q4 4,50 38,44 33,94 8000,0 -26,27
1999 Q1 4,73 37,84 33,11 8725,0 9,06
Q2 4,75 22,05 17,30 6705,0 -23,15
Q3 5,09 13,02 7,93 8300,0 23,79
Q4 5,31 12,51 7,20 7100,0 -14,46
2000 Q1 5,68 11,03 5,35 7580,0 6,76
Q2 6,27 11,74 5,47 8760,0 15,57
Q3 6,52 13,62 7,10 8775,0 0,17
Q4 6,47 14,53 8,06 9675,0 10,26
2001 Q1 5,59 15,82 10,23 9752,0 0,80
Q2 4,33 16,65 12,32 11390,0 16,80
USA INDONESIA
1997 Q1 5,00 11,07 6,07 2402,0 0,80
Q2 5,00 10,50 5,50 2431,9 1,24
Q3 5,00 22,00 17,00 3269,0 34,42
Q4 5,00 20,00 15,00 5402,5 65,26
1998 Q1 5,00 27,75 22,75 8550,0 58,26
Q2 5,00 58,00 53,00 14950,0 74,85
Q3 5,00 68,76 63,76 10850,0 -27,42
Q4 4,50 38,44 33,94 8000,0 -26,27
1999 Q1 4,73 37,84 33,11 8725,0 9,06
Q2 4,75 22,05 17,30 6705,0 -23,15
Q3 5,09 13,02 7,93 8300,0 23,79
Q4 5,31 12,51 7,20 7100,0 -14,46
2000 Q1 5,68 11,03 5,35 7580,0 6,76
Q2 6,27 11,74 5,47 8760,0 15,57
Q3 6,52 13,62 7,10 8775,0 0,17
Q4 6,47 14,53 8,06 9675,0 10,26
2001 Q1 5,59 15,82 10,23 9752,0 0,80
Q2 4,33 16,65 12,32 11390,0 16,80
Tabel 2. Perbandingan PPP dengan perubahan nilai tukar sebenarnya
Seperti dilihat pada tabel 2 diatas, maka perubahan nilai tukar tidak dapat didasarkan pada tingkat suku bunga saja. Ambil contoh, seperti pada tahun 2000 untuk kuarter kedua dengan menggunakan teori IRP perubahan nilai tukar seharusnya adalah 5,47% namun pada perubahan sesungguhnya yang terjadi adalah sekitar 15,57%. Atau kalau kita tarik mundur pada tahun 1999 kuarter ketiga, dengan menggunakan teori IRP perubahan nilai tukar seharusnya adalah 7,2% namun pada perubahan sesungguhnya yang terjadi adalah sekitar -14,46%.
Lalu dengan pendekatan berdasarkan faktor money supply saja, ada baiknya melihat terlebih dahulu pada tabel 3 berikut ini :
Lalu dengan pendekatan berdasarkan faktor money supply saja, ada baiknya melihat terlebih dahulu pada tabel 3 berikut ini :
TAHUN Q NILAI TUKAR
RUPIAH / 1 US$ Change (%) Change M1 (%) M1h M1f
USA INDONESIA
1997 Q1 2402,0 0,80 -2,00 -0,82 1,18
Q2 2431,9 1,24 -0,32 10,04 10,36
Q3 3269,0 34,42 -0,45 -5,28 -4,83
Q4 5402,5 65,26 3,57 18,24 14,67
1998 Q1 8550,0 58,26 -1,98 25,44 27,41
Q2 14950,0 74,85 -0,07 11,41 11,47
Q3 10850,0 -27,42 -0,41 -6,32 -5,91
Q4 8000,0 -26,27 4,71 -1,33 -6,04
1999 Q1 8725,0 9,06 -2,13 4,45 6,59
Q2 6705,0 -23,15 0,07 0,25 0,17
Q3 8300,0 23,79 -1,00 11,48 12,48
Q4 7100,0 14,46 -5,54 5,51 -0,03
2000 Q1 7580,0 6,76 -3,50 0,02 3,53
Q2 8760,0 15,57 -0,56 7,36 7,92
Q3 8775,0 0,17 -1,19 1,19 2,38
Q4 9675,0 10,26 2,25 20,49 18,24
2001 Q1 9752,0 0,80 -0,44 -9,08 -8,64
Q2 11390,0 16,80 1,33 7,93 6,60
Tabel 3.
Perbandingan perubahan pada money supply dengan perubahan nilai tukar sebenarnya
RUPIAH / 1 US$ Change (%) Change M1 (%) M1h M1f
USA INDONESIA
1997 Q1 2402,0 0,80 -2,00 -0,82 1,18
Q2 2431,9 1,24 -0,32 10,04 10,36
Q3 3269,0 34,42 -0,45 -5,28 -4,83
Q4 5402,5 65,26 3,57 18,24 14,67
1998 Q1 8550,0 58,26 -1,98 25,44 27,41
Q2 14950,0 74,85 -0,07 11,41 11,47
Q3 10850,0 -27,42 -0,41 -6,32 -5,91
Q4 8000,0 -26,27 4,71 -1,33 -6,04
1999 Q1 8725,0 9,06 -2,13 4,45 6,59
Q2 6705,0 -23,15 0,07 0,25 0,17
Q3 8300,0 23,79 -1,00 11,48 12,48
Q4 7100,0 14,46 -5,54 5,51 -0,03
2000 Q1 7580,0 6,76 -3,50 0,02 3,53
Q2 8760,0 15,57 -0,56 7,36 7,92
Q3 8775,0 0,17 -1,19 1,19 2,38
Q4 9675,0 10,26 2,25 20,49 18,24
2001 Q1 9752,0 0,80 -0,44 -9,08 -8,64
Q2 11390,0 16,80 1,33 7,93 6,60
Tabel 3.
Perbandingan perubahan pada money supply dengan perubahan nilai tukar sebenarnya
Seperti dilihat padatabel 3 diatas, maka perubahan nilai tukar tidak dapat didasarkan pada perubahan money supply saja. Ambil contoh, seperti pada tahun 2000 untuk kuarter kedua dengan menggunakan pendekatan perubahan money supply, perubahan nilai tukar seharusnya adalah 7,92 % namun pada perubahan sesungguhnya yang terjadi adalah sekitar 12,57%. Atau kalau kita tarik mundur pada tahun 1999 kuarter kedua, dengan menggunakan perubahan money supply, perubahan nilai tukar seharusnya adalah 0,17 % namun pada perubahan sesungguhnya yang terjadi adalah sekitar -23,15%.
Dari ketiga hasil diatas maka terlihat bahwa dengan menggunakan ketiga faktor tersebut secara terpisah tidak dapat menentukan perubahan nilai tukar yang terjadi. Banyak perbedaan-perbedaan yang ada antara nilai tukar yang seharusnya dengan nilai tukar yang sebenarnya.
Dari ketiga hasil diatas maka terlihat bahwa dengan menggunakan ketiga faktor tersebut secara terpisah tidak dapat menentukan perubahan nilai tukar yang terjadi. Banyak perbedaan-perbedaan yang ada antara nilai tukar yang seharusnya dengan nilai tukar yang sebenarnya.
B. Analisa Dengan Pendekatan Statistik
1. Uji Durbin-Watson
Seperti yang telah disebutkan pada bab sebelumnya, dimana asumsi yang mendasari suatu pengujian di dalam regresi linear harus memenuhi asumsi dasar bahwa tidak terdapat autokorelasi antara variable bebas yang satu dengan variable bebas yang lainnya. Dalam uji ini diperoleh nilai D =2,332. Pada table Durbin-Watson terdapat dua nilai yaitu nilai bawah (dl) dan nilai atas (du). Jika nilai D yang diperoleh berada diatas nilai du, maka tidak terjadi autokorelasi sedangkan, jika nilai D berada dibawah nilai dl, maka terjadi autokorelasi. Dengan menggunakan level of significance = 0,01 dan k = 4 (jumlah variable dikurang 1) didapat nilai dl = 0,61 dan du = 1,60. Karena nilai D yang diperoleh adalah 2,332, maka nilai ini terletak diatas nilai du sehingga dengan kata lain tidak terjadi autokorelasi dalam regresi ini.
Seperti yang telah disebutkan pada bab sebelumnya, dimana asumsi yang mendasari suatu pengujian di dalam regresi linear harus memenuhi asumsi dasar bahwa tidak terdapat autokorelasi antara variable bebas yang satu dengan variable bebas yang lainnya. Dalam uji ini diperoleh nilai D =2,332. Pada table Durbin-Watson terdapat dua nilai yaitu nilai bawah (dl) dan nilai atas (du). Jika nilai D yang diperoleh berada diatas nilai du, maka tidak terjadi autokorelasi sedangkan, jika nilai D berada dibawah nilai dl, maka terjadi autokorelasi. Dengan menggunakan level of significance = 0,01 dan k = 4 (jumlah variable dikurang 1) didapat nilai dl = 0,61 dan du = 1,60. Karena nilai D yang diperoleh adalah 2,332, maka nilai ini terletak diatas nilai du sehingga dengan kata lain tidak terjadi autokorelasi dalam regresi ini.
2. Uji -t
Uji t dilakukan untuk melihat apakah koefisien-koefisien masing-masing variable bebas signifikan atau tidak terhadap variable tak bebas secara terpisah. Dalam uji t harus ditentukan derajat kebebasan (df) yang dimana diperoleh dari jumlah sample dikurangi jumlah regresor (variable). Pada penelitian ini didapat derajat kebebasan adalh 13 (18-5=13). Dengan level of significance = 0,01, dan t/2 = 0,005, maka didapat nilai t-tabel adalah 3,012. Sedangkan dari nilai perhitungan nilai t untuk semua variable berada di bawah nilai t-tabel, sehingga dari hal ini dapat diartikan bahwa semua variable bebas yaitu inflasi suku bunga dan money supply tidak signifikan terhadap variable tak bebas dalam hal ini perubahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika secara parsial atau terpisah. Oleh karena itu harus dilakukan pengujian dalam hal
Uji t dilakukan untuk melihat apakah koefisien-koefisien masing-masing variable bebas signifikan atau tidak terhadap variable tak bebas secara terpisah. Dalam uji t harus ditentukan derajat kebebasan (df) yang dimana diperoleh dari jumlah sample dikurangi jumlah regresor (variable). Pada penelitian ini didapat derajat kebebasan adalh 13 (18-5=13). Dengan level of significance = 0,01, dan t/2 = 0,005, maka didapat nilai t-tabel adalah 3,012. Sedangkan dari nilai perhitungan nilai t untuk semua variable berada di bawah nilai t-tabel, sehingga dari hal ini dapat diartikan bahwa semua variable bebas yaitu inflasi suku bunga dan money supply tidak signifikan terhadap variable tak bebas dalam hal ini perubahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika secara parsial atau terpisah. Oleh karena itu harus dilakukan pengujian dalam hal
ini uji-F untuk melihat secara bersama-sama cukup signifikan mempengaruhi nilai tukar.
3. Uji -F
Adapun tujuan dari Uji-F ini adalah seperti disebutkan sebelumnya adalah untuk mengetahui adanya signifikansi terhadap perubahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika, jika ketiga variable bebas digunakan secara bersama-sama. Dalam uji-F ini, jika nilai F hitung lebih kecil dari nilai F yang diperoleh dari table, maka hipotesa yang dibuat dapat diterima. Dari perhitungan yang ada, diperoleh nilai F adalah sebesar 2,97145 dan nilai F table yang diperoleh dengan sedikit tabulasi adalah 14,31. Seperti dilihat, nilai F hitung ternyata lebih kecil dari nilai F table, sehingga dapat diartikan bahwa bahwa ada signifikansi terhadap variable tak bebas dalam hal ini perubahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika yang disebabkan oleh ketiga faktor bebas secara bersamaan dalam hal ini tingkat inflasi, suku bunga dan money supply ditambah dengan perubahan nilai tukar sebelumnya.
Dari uji-uji yangtelah dilakukan serta perhitungan-perhitungan statistik maka diperoleh persamaan regresi sebagai berikut :
Adapun tujuan dari Uji-F ini adalah seperti disebutkan sebelumnya adalah untuk mengetahui adanya signifikansi terhadap perubahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika, jika ketiga variable bebas digunakan secara bersama-sama. Dalam uji-F ini, jika nilai F hitung lebih kecil dari nilai F yang diperoleh dari table, maka hipotesa yang dibuat dapat diterima. Dari perhitungan yang ada, diperoleh nilai F adalah sebesar 2,97145 dan nilai F table yang diperoleh dengan sedikit tabulasi adalah 14,31. Seperti dilihat, nilai F hitung ternyata lebih kecil dari nilai F table, sehingga dapat diartikan bahwa bahwa ada signifikansi terhadap variable tak bebas dalam hal ini perubahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika yang disebabkan oleh ketiga faktor bebas secara bersamaan dalam hal ini tingkat inflasi, suku bunga dan money supply ditambah dengan perubahan nilai tukar sebelumnya.
Dari uji-uji yangtelah dilakukan serta perhitungan-perhitungan statistik maka diperoleh persamaan regresi sebagai berikut :
Y = -1,104 + 0,140X1 + 1,942X2 + 0,008X3 + 0,344X4
Dimana : Y = Perubahan nilai tukar
X1 = Perubahan nilai tukar periode sebelumnya
X2 = Perubahan money supply
X3 = Tingakt suku bunga
X4 = Tingkat inflasi
X1 = Perubahan nilai tukar periode sebelumnya
X2 = Perubahan money supply
X3 = Tingakt suku bunga
X4 = Tingkat inflasi
Dengan : X2 = M1h – M1f
X3 = 1h – 1f
X4 = Eh – Ef
X3 = 1h – 1f
X4 = Eh – Ef
Sedangkan : Ih = tingkat suku bunga di Indonesia
If = tingkat suku bunga di Amerika Serikat
Eh = tingkat inflasi di Indonesia
Ef = tingkat inflasi di Amerika Serikat
M1h = money supply di Indonesia
M1f = money supply di Amerika Serikat
If = tingkat suku bunga di Amerika Serikat
Eh = tingkat inflasi di Indonesia
Ef = tingkat inflasi di Amerika Serikat
M1h = money supply di Indonesia
M1f = money supply di Amerika Serikat
Dari persamaan regresi diatas maka dapat dilihat bahwa, jika terjadi kenaikan sebesar 1 % pada perubahan nilai tukar pada periode sebelumnya akan menyebabkan perubahan nilai tukar sebesar 0,140 %. Sedangkan jka terjadi kenaikan sebesar 1 % pada selisih perubahan money supply antara Indonesia dan Amerika akan menyebabkan perubahan nilai tukar sebesar 1,942 %. Lalu jika terjadi kenaikan 1 % pada selisih tingkat suku bunga antara Indonesia dan Amerika akan menyebabkan perubahan nilai tukar sebesar 0,008 %. Dan jika terjadi kenaikan 1 % pada selisih tingkat inflasi antara Indonesia dan Amerika akan menyebabkan perubahan nilai tukar sebesar 0,344%. Dan perlu diperjelas lagi bahwa perubahan yang disebabkan oleh setiap variable bebas tersebut harus dilakukan secara simultan atau bersama-sama, tidak bisa dilihat dari satu – persatu variabel bebas tersebut.
Dan yang terakhir adalah hasil dari uji kausalitas yang digunakan untuk melihat hubungan mempengaruhi pada arah sebaliknya. Dari perhitungan yang telah dilakukan untuk faktor nilai tukar pada periode sebelumnya, perubahan money supply, dan tingkat suku bungan didapat nilai uji – F berturut – turut adalah 6,143 untuk perubahan nilai tukar periode sebelumnya,4,05909 untuk perubahan money supply, dan 11,90719 untuk tingkat suku bunga. Sehingga dari nilai –nilai tersebut yang dimana berada dibawah nilai F-tabel yang sebesar 14,31, maka dapat diartikan untuk ketiga faktor ini terhadap perubahan nilai tukar terjadi bilateral causality. Sedangkan untuk faktor inflasi didapat nilai F sebesar 22,38732 sehingga untuk faktor ini tidak terjadi hubungan kausalitas pada arah sebaliknya.
Dan yang terakhir adalah hasil dari uji kausalitas yang digunakan untuk melihat hubungan mempengaruhi pada arah sebaliknya. Dari perhitungan yang telah dilakukan untuk faktor nilai tukar pada periode sebelumnya, perubahan money supply, dan tingkat suku bungan didapat nilai uji – F berturut – turut adalah 6,143 untuk perubahan nilai tukar periode sebelumnya,4,05909 untuk perubahan money supply, dan 11,90719 untuk tingkat suku bunga. Sehingga dari nilai –nilai tersebut yang dimana berada dibawah nilai F-tabel yang sebesar 14,31, maka dapat diartikan untuk ketiga faktor ini terhadap perubahan nilai tukar terjadi bilateral causality. Sedangkan untuk faktor inflasi didapat nilai F sebesar 22,38732 sehingga untuk faktor ini tidak terjadi hubungan kausalitas pada arah sebaliknya.
Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan
Dari uji-uji statistik yang telah dilakukan, diperoleh hasil dimana ketika ketiga faktor yang digunakan secara bersama ditambah faktor perubahan nilai tukar pada periode atau kurun waktu sebelumnya, akan memberikan pengaruh kepada perubahan nilai tukar sebesar 0,140 % jika terjadi kenaikan sebesar 1 % pada perubahan nilai tukar periode sebelumnya. Sedangkan jika terjadi kenaikan sebesar 1 % pada selisih perubahan money supply antara Indonesia dan Amerika akan menyebabkan perubahan nilai tukar sebesar 1,942 %. Lalu, jika terjadi kenaikan sebesar 1 % pada selisih tingkat suku bunga antara Indonesia dan Amerika akan menyebabkan perubahan nilai tukarsebesar 0,008% . Dan jika terjadi kenaikkan sebesar 1% pada selisih tingkat inflasi antara Indonesia dan Amerika akan menyebabkan perubahan nilai tukar sebesar 0,344%.
Dari uji-uji statistik yang telah dilakukan, diperoleh hasil dimana ketika ketiga faktor yang digunakan secara bersama ditambah faktor perubahan nilai tukar pada periode atau kurun waktu sebelumnya, akan memberikan pengaruh kepada perubahan nilai tukar sebesar 0,140 % jika terjadi kenaikan sebesar 1 % pada perubahan nilai tukar periode sebelumnya. Sedangkan jika terjadi kenaikan sebesar 1 % pada selisih perubahan money supply antara Indonesia dan Amerika akan menyebabkan perubahan nilai tukar sebesar 1,942 %. Lalu, jika terjadi kenaikan sebesar 1 % pada selisih tingkat suku bunga antara Indonesia dan Amerika akan menyebabkan perubahan nilai tukarsebesar 0,008% . Dan jika terjadi kenaikkan sebesar 1% pada selisih tingkat inflasi antara Indonesia dan Amerika akan menyebabkan perubahan nilai tukar sebesar 0,344%.
B. Saran dan Implikasi
Dalam penelitian ini, digunakan faktor-faktor yang sangat umum digunakan dan mudah dalam pemahaman sehingga bisa … masa yang akan datang berbeda dengan yang diperkirakan dari persamaan regresi yang diperoleh. Ini disebabkan dalam ekonomi terlalu banyak faktor yang harus dipertimbangkan selain kompleksitas dari masalah ekonomi itu sendiri. Faktor-faktor seperti nilai ekspor dan impor serta posisi Balance of Payment (BOP) yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi nilai tukar. Selain itu juga keterbatasan data yang diperoleh, bisa juga membuat penelitian ini, dimasa yang akan datang dapat lebih disempurnakan dengan menambah jumlah data. Selain itu, dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi awal untuk melakukan penelitian-penelitian lain dengan objek-objek penelitian yang lain seperti dengan perubahan nilai tukar Rupiah dan Yen Jepang, atau dengan negara-negara lain yang dimana merupakan mitra bisnis dan ekonomi negara Indonesia.
Dalam penelitian ini, digunakan faktor-faktor yang sangat umum digunakan dan mudah dalam pemahaman sehingga bisa … masa yang akan datang berbeda dengan yang diperkirakan dari persamaan regresi yang diperoleh. Ini disebabkan dalam ekonomi terlalu banyak faktor yang harus dipertimbangkan selain kompleksitas dari masalah ekonomi itu sendiri. Faktor-faktor seperti nilai ekspor dan impor serta posisi Balance of Payment (BOP) yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi nilai tukar. Selain itu juga keterbatasan data yang diperoleh, bisa juga membuat penelitian ini, dimasa yang akan datang dapat lebih disempurnakan dengan menambah jumlah data. Selain itu, dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi awal untuk melakukan penelitian-penelitian lain dengan objek-objek penelitian yang lain seperti dengan perubahan nilai tukar Rupiah dan Yen Jepang, atau dengan negara-negara lain yang dimana merupakan mitra bisnis dan ekonomi negara Indonesia.
Daftar Pustaka
Azahari, Azril. Bentuk dan Gaya Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Jakarta: Universitas Trisakti, 2000
Azahari, Azril. Bentuk dan Gaya Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Jakarta: Universitas Trisakti, 2000
Berstein, Jake. How The Future Markets Works. Second Edition. New York: New York Institute Of Finance, 2000
ChaCholiades, Miltiades. International Economics. New York: The Mc Graw-Hill Companies, 1990
Gujarati, Damodar N. Basic Econometrics. Third Edition. New York: The Mc Graw-Hill Companies, 1995
Hady, Hamdy. Ekonomi Internasional Buku Kedua, Edisi Revisi Jakarta: Ghalia Indonesia, 2000
Hady, Hamdy. Valas Untuk Manager. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1997
Husnan, Suad. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, Edisi Ketiga. Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 1998
Madura, Jeff. Internatinal Financial Management, Sixth Edition. USA: South-Western College Publishing, 2000.
Krugman, Paul R dan Maurice Obstfeld, Ekonomi Internasional, Buku Kedua, Edisi Kedua. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 1994.
Reynolds, Bob. Memahami Derivatif. Batam: Interaksara, 2000.
Sp. Iswardono. Uang Dan Bank, Edisi Keempat. Yogyakarta BPFE, 1998
Sevilla, Counselo G. et al. An Introduction to Research Methods. Manila: Res Bookstore, 1984.
Schiller, Bradley R. Essentials Of Economics, Second Edition. New York: The McGraw-Hill Companies, 1996.
Umar, Husein. Research Methods in Finance and Banking. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2000.
Wahana Komputer Semarang. 10 Model Penelitian dan Pengolahannya dengan SPSS 10.01. Yogyakarta: Andi dan Wahana Komputer, 2002.
Posting Komentar